Selasa, 01 Maret 2011

Mengajar dengan Metode Bercerita yang efektif

Metode
Bercerita Yang Efektif
oleh: Alfrend Ziliwu
I.             Pendahuluan
Seorang guru akan merasa senang dan puas bila ia dapat menguasai bahan pelajaran Alkitabiah. Namun demikian ia juga harus sengaja meneruskan pengetahuan dan semangatnya kepada murid-muridnya. Untuk melakukan hal itu, ia harus bisa mencari cara mengajar yang paling sesuai dari sekian banyak metode yang ada. Sering kali ia akan memakai beberapa metode dalam satu masa pengajaran. Pilihan itu bergantung kepada kecakapan guru, sifat dan kebutuhan para murid, bahan ajaran, peralatan dan fasilitas yang tersedia.
Bercerita adalah suatu metode yang paling disukai oleh anak-anak. Biapun demikian, metode ini juga merupakan metode yang biasa dipergunakan dengan efektif untuk semua tingkat umur. Yesus adalah salah satu tokoh dalam Alkitab yang bisa dikatakan sebagai pencerita yang hebat. Ia senantiasa mampu bertindak dan berkata-kata dengan melihat kemampuan berpikir dan konteks yang dialami oleh naradidik-Nya.
Sebuah cerita yang baik akan menarik, dramatis, penuh aksi, dan sesuai dengna kehidupan. Karena cerita-cerita sudah menimbulkan minat pada permulaannya, barangkali tidak ada cara lain yang lebih baik untuk menarik dan memikat perhatian. Sebuah isi Alkitab yang merupakan berita yang mendebarkan dan memesonakan, dan sebagian besar dari isi Alkitab itu disajikan dalam bentuk cerita. 
II.          Pembahasan
2.1.      Cerita
2.1.1. Cara Bercerita yang Hidup dan Menarik
Dalam bercerita, intonasi suara dan gerakan mata sangat menentukan apakah cerita yang disampaikan hidup dan menarik untuk anak-anak? Bagaimana cara mengatur intonasi suara dan gerakan mata:
1.       Harus mengeluarkan suara yang cukup keras (tidak perlu berteriak) untuk dapat didengar oleh semua anak di kelas.
2.       Untuk menyajikan cerita secara dramatis maka kita harus betul-betul menguasai ceritanya sehingga tahu kapan harus menekankan kata-kata tertentu atau memperlihatkan mimik muka tertentu. Mis, jika sedang bercerita tentang seorang yang sedang berlari ketakutan, kita perlu ikut mempercepat suara kita dengan mimik muka yang tepat untuk menggambarkan kejadian tersebut.
3.       Cara memperbesar atau memperkecil suara adalah sesuai dengan penjiwaan kita terhadap cerita tersebut. Jika itu tercapai maka mudah sekali kita menirukan suara-suara tertentu, mis. suara anak kecil atau orang tua, suara orang memerintah atau suara lembut seorang ibu, suara orang ketakutan atau suara orang marah dan lain-lain.
4.       Tujukan gerakan yang sesuai dengan cerita. Misalnya, jika bercerita tentang seorang yang sedang berbisik, kita perlu menirukan gaya orang yang sedang berbisik. 
Hal yang paling penting dalam bercerita adalah gerakan mata. Jangan sekali-sekali membiarkan mata menerawang ke angkasa. Tataplah mata anak-anak secara bergantian. Dengan tatapan mata kita ini kita dapat menguasai seluruh kelas.
2.1.2. Teknik Bercerita
Bercerita merupakan salah satu teknik menyampaikan Firman Tuhan yang paling sering digunakan oleh guru Sekolah Minggu. Tuhan Yesus pun, semasa hidup-Nya di dunia, menggunakan teknik bercerita dalam mengajarkan kebenaran kepada para pengikut dan pendengar-Nya.
Ada banyak alasan mengapa seseorang memilih menggunakan teknik bercerita dibanding teknik lainnya seperti drama, diskusi, atau menggunakan peralatan audio visual. Beberapa alasan yang sering dikemukakan adalah:
1. Lebih Praktis dan Fleksibel
Praktis karena dapat dilakukan seorang diri tanpa koordinasi dengan orang lain (seperti drama, misalnya) dan juga fleksibel karena cerita dapat disampaikan hampir di segala tempat maupun situasi, baik di dalam atau di luar kelas, kepada orang dalam jumlah banyak atau sedikit.
2. Lebih Murah (Tanpa atau dengan Alat Peraga)
Bercerita merupakan alat pengajaran yang sangat murah, karena dapat digunakan dengan atau tanpa alat peraga.
3. Pada Umumnya Anak Lebih Menyukai Cerita
Untuk anak yang lebih kecil, bahkan cerita yang sudah dikenal pun akan tetap memiliki daya tarik bila guru dapat mengemasnya dengan variasi cerita yang menarik, yang disertai adegan-adegan pengulangan pada bagian tertentu. Sedangkan bagi anak yang lebih besar, keahlian guru membangkitkan rasa ingin tahu anak terhadap kelanjutan cerita akan memikat perhatian mereka selama proses bercerita disampaikan.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Teknik Bercerita antara lain:
1. Pendengar Harus Terlibat
2. Cerita Dapat Dimengerti dan Memiliki Makna Bagi Pendengarnya
3. Guru Benar-Benar Memahami Cerita yang akan Disampaikan
Hal-hal yang perlu dipahami dengan benar antara lain:
Tempat Kejadian
Dalam menggambarkan tempat kejadian, gunakanlah alat peraga dan kalimat yang jelas untuk memudahkan anak-anak menggambarkan dan memahami tempat terjadinya peristiwa tersebut.
Kejadian/Peristiwa
Jika suatu cerita merupakan kelanjutan dari cerita sebelumnya, maka, sebelum bercerita, berilah pertanyaan pada anak-anak untuk mengingatkan cerita sebelumnya. Usahakan anda menceritakan terjadinya peristiwa secara kronologis.
Karakter
Dalam bercerita, jelaskan karakternya, tokoh atau pelaku yang terdapat dalam cerita tersebut, siapa namanya, bagaimana kepribadiaannya, bagaimana bentuk wajahnya, penakut, pemalu atau pemberani. Bagaimana bentuk badannya, tinggi, kurus, pendek, gemuk. Apa status sosialnya, raja, penduduk, pendatang, pedagang atau pemungut cukai. Apa motivasi yang dimiliki tokoh tersebut. Apa keistimewaannya. Dan kembangkanlah karakternya dengan jelas.
2.1.3 Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Bercerita
Sedikitnya ada 3 hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
A. Orang Yang Bercerita
1. Penampilan
Meskipun bukan yang utama, penampilan tetap harus dijaga. Guru harus tampak rapi, bersih, mengenakan baju yang pantas dan membuatnya merasa nyaman serta mudah bergerak, bersikap wajar dan rileks.
2. Gerakan Tubuh
Gerakan tubuh harus dijaga supaya tidak mengalihkan perhatian anak dari fokus cerita.
3. Ekspresi
Idealnya pandangan mata mengarah pada mata murid, asal jangan menatap dengan terlalu tajam atau melihat pada murid-murid tertentu saja.
4. Pilihan Kata
Pilihan kata harus tepat, dan di sinilah letak pentingnya persiapan yang matang.
B. Keseluruhan Cerita
1. Pendahuluan
2. Perubahan
3. Fokus
4. Penutup
C. Pengaturan Tempat Dan Suasana
Pendengar anak-anak cenderung untuk mendekat pada orang yang bercerita selama cerita berlangsung, khususnya jika ada alat bantu yang menarik, seperti: orang-orangan, boneka maupun wayang. Jadi, buatlah aturan tertentu sebelum cerita disampaikan.
Hubungan yang akrab dapat dibangun antara guru dan anak-anak dengan kontak mata dan interaksi. Untuk memelihara hubungan ini usahakan kelas terdiri dari sekelompok kecil anak, dan anak yang memiliki fisik paling kecil dapat duduk di bagian depan.
2.2.Prinsip untuk Bercerita secara Efektif
Banyak guru (terutama guru baru) yang takut untuk bercerita di depan kelas, karena selain ia harus bisa membuat ceritanya menarik, guru juga harus bisa mempesona anak sehingga mereka mau mendengarkan cerita hingga selesai. Bercerita sebenarnya adalah suatu ketrampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh semua orang. Kalau guru mengerti dan menguasai prinsip-prinsip bercerita yang efektif, maka bercerita di depan kelas seharusnya tidak akan menjadi sesuatu yang menakutkan lagi.  Berikut ini adalah beberapa prinsip sederhana untuk dapat bercerita dengan baik:
1.      Milikilah keyakinan bahwa cerita anda patut didengarkan
Mengapa cerita ini penting untuk didengarkan? Hal apa yang sangat menarik dalam cerita ini? Bagian mana dari cerita ini yang dapat menarik perhatian? Hal apa yang dapat membuat anak-anak tertarik dan berminat ketika mendengarkan cerita anda?
Pertanyaan-pertanyaan ini terlebih dahulu dijawab oleh seorang guru dalam dirinya sebelum disampaikan kepada naradidik.
2.      Siapkan cerita dan berlatihlah bercerita
Empat langkah untuk mempersiapkan anda dalam bercerita:
  1. Identifikasi cerita. Anda perlu mengetahui dengan jelas tujuan cerita anda.
  2. Membuat garis besar cerita. Anda mengidentifikasi peristiwa-peristiwa utama dalam cerita anda.
  3. Review fakta-fakta dalam cerita. Dengan demikian setiap poin dalam garis besar dapat mengingatkan anda pada detail-detail cerita yang terjadi di dalamnya.
  4. Berlatihlah bercerita dengan suara keras sesuai dengan garis besar cerita yang telah anda buat. Anda dapat berlatih di depan anggota keluarga, di depan cermin, atau dengan merekamnya
3.      Tangkaplah perhatian anak-anak dari sejak dari awal
4.      Identifikasi tingkat pengenalan/pemahaman anak terhadap cerita
5.      Fokuskan cerita
6.      Libatkan anak-anak
2.3.      Penampilan dalam Mengajar
Penampilan guru sebagai seorang guru rohani yang adalah panutan bagi para muridnya sebaiknya memperhatikan:
1.       Pakaian yang dikenakan, pilih yang sederhana, sopan, namun berkesan baik dan rapi.
2.       Bagi guru wanita, pilih make up yang wajar dan menarik, tetapi tidak "menor" (jangan berlebihan). Sebaiknya Anda juga tidak memakai perhiasan yang berlebihan.
3.       Sesaat sebelum acara dimulai, jangan "sibuk" atau "mencari kesibukan", baik dengan bersenda-gurau dengan guru SM lain, atau dengan berjalan hilir mudik. Hal ini akan membuat Anda kelelahan dan kehilangan konsentrasi. Lebih baik Anda duduk tenang, sambil berdoa dan membaca kembali persiapan Anda. Juga gunakan waktumu untuk memastikan bahwa semua perlengkapan sudah siap di tempat. Gunakan waktumu juga untuk berbincang-bincang dengan anak-anak yang sudah datang.
4.       Jangan lupa Anda harus istirahat secukupnya (tidur secukupnya) dan makan secukupnya sebelum acara tersebut. Pastikan Anda pada kondisi "puncak" pada saat Anda memimpin acara Sekolah Minggu tersebut sehingga Anda tampak segar, bersemangat, dan dengan penampilan Anda dapat membangkitkan semangat anak-anak dalam berbakti.
Hal di atas adalah merupakan pokok penting yang ,mendukung pelaksanaan pengajaran kepada anak-anak. Dengan penampilan yang harmonis atau sesuai maka itu juga turut mempengaruhi jalannya pembelajaran. Mungkin tak heran apabila hubungan naradidik dengan guru tidak terjalin dengan baik atau terkesan tidak akrab, ini bisa disebabkan oleh sikap guru yang tidak bersahabat.  
III.             Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa metode bercerita adalah sangatlah efektif untuk mengajar dan lebih-lebih kepada anak-anak. Walaupun demikian, ini tak terlepas dari tingkat keseriusan dan kesiapan guru dalam menyampaikan pengajaran lewat cerita dan didukung oleh hubungan yang harmonis antara guru dan naradidik karena itulah yang termasuk penentu berhasil tidaknya pengajaran.

Daftar Pustaka
…, Teknik Mengajar, Malang: Gandum Mas, 1974
Choun, Robert J. & Michael S. Lawson, The Complete Handbook for Children Ministry: How to Reach and Teach Next Generation, Nashville: Thomas Nelson Publishers, 1993
Haystead, Sheryl, & Wes  Sunday School Smart Pages, Ventura: Gospel Ligh
Lie, Paulus Mengajar Sekolah Minggu yang Kreatif, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1997
Setiawani, Mary Go, Pembaruan Mengajar, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2005

 







1 komentar:

  1. Siip..Mantap Mado..!! Bloggnya Mantap. Tumbuh kembangkan lagi.. biar menjadi berkat bagi anak bangsa.!!

    BalasHapus